Jumat, 23 Oktober 2009

Memahami Lakon...

Selama saya liburan, saya mencoba membaca beberapa buku yang berisi tentang tokoh-tokoh yang disanjung-sanjung oleh pengikutnya. Namun saya tidak tau, apakah buku-buku yang say baca tersebut merupakan referrensi yang valid atau tidak. Akan tetapi dari cerita-cerita buku tersebut selalu akan adanya pertanyaan-pertanyaan di lubuk hati saya yang menimbulkan citra negative dari mereka. Berikut ini uraiannya:


Sang Krisna, Beliau adalah avatar dari Tuhan, tentu beliau diberi power/kekuatan yang dahsyat. Namun mengapa dalam menegakkan kebenaran, Krisna tidak langsung menggunakan kekuatannya untuk menegakkan kebenaran atau gampangannya kenapa kok tidak langsung membunuh para kurawa? Kok seolah-olah dalam menegakkan kebenaran, beliau harus mengadu 2 bersaudara dahulu. Lalu bagi avatar yang maha hebatnya, matinya pun hanya karena terpanah oleh pemburu, itupun tidak sengaja…Sungguh remeh banget. Aneh bukan?


Nabi Musa, Beliau sekelas nabi, yang mana beliau membebaskan bangsanya dari perbudakan. Tetapi setelah kaumnya diselamatkan, beliau sendirilah yang mengutuk kaumnya sendiri. Padahal kalau dipikir-pikir, kaumnya ya tidak terlalu salah juga…Habis kaumnya tidak diberi kepastian, sehingga bagaimana mereka bisa percaya. Dan anehnya bukannya beliau memberikan penjelasan dengan cinta kasih, malah mengutuk habis-habisan. Aneh bukan?


Sang Budha, Demi mencari pencerahan, beliau tega meninggalkan anak-istrinya. Apakah itu tidak ego, demi kepuasannya untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang beliau dapati selama perjalanannya, beliau harus meninggalkan kewajiban sebagai seorang ayah dan suami. Menurut saya, beliau adalah seorang suami/bapak yang sangat buruk. Karena walaupun mungkin anak-istrinya dah terpenuhi secara materi, tapi apa mereka tidak butuh kehangatan dari seorang suami/bapak. Yang kedua, apakah beliau dah dapat ijin dari istrinya? Saya rasa beliau diam-diam kok dalam meninggalkan istananya, sehingga mana mungkin dapat ijin/restu dari istrinya.


Nabi Ibrahim, Karena beliau dapat pewisik/wahyu bahwa beliau akan mendapatkan keturunan. Tetapi karena secara akal manusiawi sangatlah tidak masuk akal, maka beliau memutuskan untuk mengawini wanita lain alias berpoligami. Tapi ini apa sudah dapat ijin dari istri tuanya? Atau main nembak saja? Atau bagaimana? Lalu ketika beliau menyuruh istri keduanya untuk meninggalkan rumahnya, mengapa beliau begitu tega melepas istri dan anaknya begitu saja, tanpa pengawal dan bekal yang cukup. Kok seolah-olah habis manis sepah dibuang. Apakah itu lelaki yang baik/bijak? Apa pantas beliau dijuluki Nabi?


Nabi Isa / Yesus, Saya tidak habis bepikir, dalam menegakkan kebenaran beliau rela disalip. Lho…terus bagaimana cara Beliau dalam menegakkan kebenaran? Sehingga menimbulkan image bahwa bahwa dosa kita akan beliau tanggung semua. Bah…apa-apaan nih? Akan tetapi sekarang ini timbul rumor bahwa beliau tidak disalip. Belum lagi kalau lebih diteliti lagi, antara umur 12 sampai 30, adalah missing years (tahun-tahun yang tidak ada catatan tentang beliau). Sehingga adanya rumor bahwa Beliau pernah belajar di India. Dan masih banyak kisah-kisah yang mengejutkan tentang Nabi Isa.


Nabi Muhammad, Beliau terlahir dari keluarga cukup terpandang, sehingga dari segi pendidikan jelas akan terpenuhi. Namun beberapa orang yang mengatakan bahwa beliau buta huruf. Apakah ini dibuat agar terlihat lebih adanya mukzijat yang luar biasa dari Tuhan? Lalu ketika beliau menghancurkan seluruh patung di area kabbah, kecuali bunda Maria dan Yesus. Maka menurut saya, jelaslah Beliau termasuk orang yang tidak bisa menghargai peradaban bangsanya sendiri. Lalu ada kebijaksanaan beliau yang menikahi lebih dari 1 wanita, dengan alasan untuk menjamin kesejahteraan para wanita tersebut. Tapi mengapa harus dinikahi? Bukankah kalau berbau pernikahan berarti akan terjadinya persenggamaan secara sah? Kalau begitu, tuluskah beliau untuk menjamin kesejahteraan para wanita tersebut?


Kalau kita baca uraian diatas, terlihat ada saja sisi yang sulit kita mengerti bahkan itu bisa dijadikan sebagai poin ejekan. Tapi setelah saya renungkan maka jawaban adalah ya itulah lakon, atau itulah dharma yang harus Beliau-beliau kerjakan, demi terwujudnya kehendak Tuhan. Kita bisa berkata itu baik, itu buruk, itu haram, itu halal, itu semata dipengaruhi lakon kita (fungsi kita menjelma di alam semesta).


Ada salah satu filsafat yang cukup menarik, seperti kedua telapak tangan yang saling bertepukan demi membersihkan debu/pasir/kotoran di kedua telapak tangan tersebut. Kalau kita perhatikan lebih seksama, maka kedua telapak tangan tersebut saling memukul, saling menyakiti. Tapi apa yang terjadi setelah itu? kedua telapak tangan tersebut menjadi bersih. Seperti itulah kita adanya, terkadang dalam menjalankan lakon, tak jarang kita akan memukul saudara kita. Tapi kesemuanya itu hanya bertujuan untuk saling membersihkan. Untuk itu, yang hanya kita kerjakan adalah lakukanlah lakonmu tanpa nafsu, tanpa mengharap sebesar apa pahala yang akan kita peroleh. Lakukanlah lakonmu seperti kamu adalah Beliau sendiri…So Ham… Sehingga kita akan bisa lebih damai dan siap dalam menjalankan lakon kita.


Dengan renungan ini aku mulai agak sulit untuk menyalahkan orang lain dengan begitu mudahnya. Tapi bukan berarti aku akan selalu membenarkan apa saja yang diperbuat oleh orang lain. Karena aku hidup pastilah juga mempunyai lakon, sehingga kalau itu dilihat salah dari sisi lakonku, maka aku akan berkata “Itu salah”. Dan aku harus menghantam kesalahan itu. Namun kucoba itu kulakukan tanpa nafsu sehingga dalam pengeksekusiannya dapat dilaksanakan dengan sebijak mungkin. Meskipun nafsu itu adalah trigger(pemicu)nya, tapi janganlah nafsu itu dijadikan sebagai tujuannya. Renungkanlah…