Minggu, 06 Desember 2009

Pura Kerta Buana – Gresik

Setelah dari Pura Kerta Bumi, kami lanjutkan lagi perjalanan kami menuju ke sebuah pura. Letak pura tersebut tidaklah jauh dari pura Kerta Bumi, kira-kira 0,5Kilo meteran. Berhubung kami masih awam daerah situ, kami diantarkan oleh salah satu warga yang sedang ngayah (kerja bakti) di pura Kerta Bumi. Itupun mereka sendiri yang menyarankannya. Sebelumnya kami juga diberi mangga oleh warga disana… waduh rasanya jadi malu …hehehehe… Akhirnya berangkat lah kami dengan panduan seorang guide. Dan Tibalah kami di pura yang kami tuju… Mungkin kami adalah orang-orang yang sangat sempit pandangannya, dimana sebagai ucapan terimakasih, kami ingin memberi uang rokok kepada orang yang telah menjadi guide. Ternyata hal malah dianggap sebuah penghinaan, dimana dia berkata, “Kalau bapak ibu tetap memaksa agar saya mau menerima uang ini, maka lain kali saya tidak akan mau membantu anda lagi lho dan tidak akan menganggap anda sebagai saudara kami.”, sambil tersenyum lembut.


Sejenak saya berpikir, “Masih ada tho orang yang mau membantu tulus iklas?”. Sebab saya saja kalau ke singaraja, ketika saya Tanya rumah nenek saya saja… eh…langsung ditawari untuk jadi guide nya… dan Tentu dong ada imbalannya. Sungguh perbedaan yang sangat jauh… Tapi aku ya tidak bisa menyalahkan siapa-siapa, mungkin ini terpengaruh oleh desa kali patra. Akan tetapi dari sini saya dapat pembelajaran Tat Twam Asih, dimana janganlah dikit-dikit bicara tentang imbalan, kerja lah buat sesamamu seolah-olah apa yang kamu kerjakan adalah untuk dirimu sendiri.


Dari halaman pura, kami sudah disambut oleh seorang pemuda. Dia menerangkan bahwa pura ini bernama pura Kerta Buana. Kisah pembangunan pura ini juga tak jauh beda dengan pura-pura yang telah kami kunjungi, yaitu: atas usaha umat sendiri. Walaupun ada oknum-oknum pemerintahab yang berusaha untuk mempersulit pembangunan, namun… Astungkara lah pura Kerta Buana ini tetap berdiri. Saya melihat ada gong jawa, tatanan yang cukup rapi dimana menandakan pura ini terawatt dengan baik. Sehubung kami tiba pada pukul 17.45 wib, maka oleh penjaga pura ini dimohon agar kami ikut persembahyangan bersama. Undangan tersebut tentu kami terima, karena kami juga ingin merasakan keguyuban warga Hindu Bongso ini.












Telah terdengar mantra-mantra yang dikumandangkan oleh pemangku. Ini berarti upacara persembahyangan akan segera mulai. Sehingga masuklah kami ke Mandala utamanya, tak lama kemudian satu per satu umat pada masuk. Kumerasa ada hal yang mengharukan, baik muda maupun orang tua, ada orang yang berpakaian adat jawa, semua berkumpul untuk menyembah Hyang Widhi. Ditambah dengan kidung-kidung jawa, seraya aku hidup dijaman Majapahit… Sungguh pengalaman yang tak terlupakan.


Setelah upacara persembahyangan selesai, kami berbincang-bincang sama warga. Sungguh ku merasa damai. Namun sayang beribu sayang, rupanya sang kala tak mau kompromi lagi, dimana esok kuharus kerja sehingga aku harus pulang untuk mempersiapkan esoknya. Batinku hanya bisa mengucapkan, “Terimakasih Tuhan, Kau telah menunjukkan rumah-rumahMu, dan bantulah kami untuk lebih memahamiMu.”.







*)

Karena saya tidak bisa memberikan alamatnya dengan jelas, maka saya akan memberikan memberikan point GPSnya. BT = 112,614680°, LS = 7,274110° - Ini adalah posisi tepat saya bersembahyang. Saya mengharap bagi yang membaca postingan ini atau umat Hindu, maka kunjungi pura ini, dan jangan lupa Bantulah pura ini dengan kemampuan anda miliki, bisa dengan pikiran, tenaga, kasih, ataupun harta.