Kamis, 12 November 2009

Pura Tirta Empul (Surabaya)

Memang nama pura ini baru terdengar di telinga saya, entah itu saya kurang mengikuti perkembangan, atau bagaimana... pokoknya nama tersebut cukup asing bagi saya. Ya... mungkin sudah menjadi kemauanNya... sehingga nama pura ini kok sampai di telingaku dan ingin mengunjunginya. Sesungguhnya awal tahunya nama pura ini bermula dari info mbak saya. Kan baru-baru saja ini, mbak saya bertempat tinggal di daerah Lidah Kulon Surabaya. Nah... ketika ia jalan-jalan di sekitar perumahan Babatan Mukti , ia sepintas lalu melihat papan kecil yang semacam penunjuk arah menuju pura.


Singkat cerita, pada hari Sabtu, 31 Oktober 2009, Aku dan Bapakku ingin mencari dan akan bersembahyang di Pura tersebut. Jam 9.25 Wib, berangkatlah kami dengan sepeda motor menuju Babatan Mukti. Sesampainya di daerah tersebut, kami bingung --- Kok gak ada papan penunjuknya, rasanya hampir putus asa. Tapi menurut saya, kalau kembali pulang kok eman/rugi dan masak sih orang-orang pada gak tau. Akhirnya saya bilang aja sama bapak, "Masuk aja ke gang itu... nanti baru tanya-ke orang-orang...". Masuklah kami di gang tersebut (kami tidak tahu gang berapa itu, yang pasti berhadapan sama pintu utama perumahan Babatan Mukti)... Kok kebetulan ada pak polisi... dari keteranganya kami lanjutkan perjalanan kami. Tengah-tengah kami tanya lagi pada orang... Ditunjukanlah gang yang naik dan lebih sempit. Tanpa buang-buang waktu lagi... kami teruskan perjalanan kami, dan Astungkara...sampailah di pura itu.


Sampai di depan pagar pura ternyata masih gembokan, dan tak ada 1 orang pun. Dalam hati kami, "Lewat mana masuknya ini?". Hal ini membuat saya agak panik, sebab entah kenapa tiba-tiba terasa hendak kebelakang. "Wah... Bagaimana ini? Toh kalau kebuka pintu ini, aku ya belum tau bentuk WC nya. Akses gak bagi aku?", batinku makin gelisah. Kegelisahan ku ini dikarenakan kebanyakan pura, WC nya sangat sederhana, sedangkan saya itu berkebutuhan khusus alias cacat. Tetapi tak lama kemudian ada seorang ibu yang bersih-bersih halaman pura ini. Langsung kami minta tolong kepada ibu itu untuk segera membuka pintu pagar pura. Aku sudah gak bisa tenang lagi, dan gak kuat lagi rasanya. Tapi ketika saya ditunjukkan WC nya... Astungkara... ternyata di luar dugaanku. WC nya begitu bagus (bisa kukatakan mewah), sangat akses bagi penderita cacat seperti saya. Ya... itu kebesaran Hyang Widhi... Saya tidak habis berpikir mengapa saya tiba-tiba terasa mau kebelakang...lalu saya gelisah karena di otak saya akan sulit kebelakang... Tapi apa yang kualami sungguh diluar dugaan. Dari itu, saya dapat mengambil pelajarannya... Bahwa janganlah kau takut bila kamu yakin bahwa langkahmu menuju keDia.


Sudah selesai saya buang hajat, sejenak aku beristirahat di bale bengongnya. Saya lihat pura ini, agak beda sedikit dari pura-pura yang pernah saya kunjungi. Dimana saya lihat designnya yang begitu simple, dan tidak terlalu banyak anak tangga. Sehingga ini memudahkan bagi orang-orang yang seperti saya. Lima menitan saya duduk sambil merasakan hembusan angin yang sepoi-sepoi, dimana itu membuat saya segar kembali. Kemudian saya berjalan menuju Mandala Utamanya untuk bersembahyang dan berterima kasih kepada Hyang Widhi yang telah membawaku di sini. Mungkin bagi anda, pengalaman saya diatas sangat sepele dan tidak berarti apa-apa. Tapi bagiku, itu pelajaran bagi saya yang sangat berarti. Bayangkan saja baru pertama kali saya ke pura itu, Dia telah mau memberi pelajaran kepada saya. Ini kurasa bukanlah hal main-mainan... coba kalau itu hal biasa, mungkin saya sampai sekarang ya belum bisa mengambil hikmahnya...


Setelah saya bersembahyang, saya kembali ke bale bengong. Disitu saya berbincang-bincang sama Bapak yang menjaga pura itu. Bapak itu mengatakan bahwa pura ini bernama Pura Tirta Empul. Dahulu sebelum terjadinya Gerakan 30 September, di sekitar daerah ini banyak umat beragama Hindu. Dan dulu memang di pura ini sudah dijadikan sanggar seperti sekolah agama. Dan ketika Gerakan 30 September meletus, ini dijadikan ajang pebumihangusan agama Hindu dengan dalil bahwa orang Hindu adalah PKI. Bapak penjaga pura itu saja mengakui sendiri bahwa dia dipaksa untuk Ngaji Al-Quran, kalau dia tidak mau maka dia dihajar. Tapi mungkin Dia masih ingin disembah dan diyakini menurut ajaran Hindu. Sehingga dengan kekuatan Hyang Widhi dan upaya-upaya dari Parisada Hindu Dharma, akhirnya mampu mengembalikan puing-puing ajaran Hindu yang telah dihancurkan. Serta tidak canggung-canggung pula, Meskipun adanya penekanan-penekanan dari luar, akhirnya Parisada Hindu Dharma juga berhasil membangun Pura Tirta Empul ini sebagai wujud bahwa ajaran Veda telah bangkit lagi. Seiring waktu berjalan, pura ini kembali ke fungsinya semula, dimana saya melihat disamping Mandala Utama terdapat bangku-bangku sekolah. Dan tepat dugaan saya, bahwa itu dijadikan sekolah agama Hindu. Dalam batinku berkata "Memang kita tidak bisa memungkiri kebenaran VEDA... sebab bagaimanapun upaya umat manusia menghapus Veda, Veda akan tetap timbul dan menujukkan kebenaranNya".







*)

Karena saya tidak bisa memberikan alamat Pura Tirta Empul dengan jelas, maka saya akan memberikan memberikan point GPSnya. BT= 112,677329°, LS =7,307325° - Ini adalah posisi tepat saya bersembahyang. Saya mengharap bagi umat Hindu yang diberi rejeki yang melimpah olehNya, maka sisihkan rejeki anda untuk pura ini. Apalagi melihat fungsinya, pura ini adalah pura pendidikan. Dimana pendidikan adalah awal pembentukan jiwa-jiwa suputra bagi bangsa Indonesia . Jadi mari kita bantu!!