Sabtu, 24 Oktober 2009

Memeluk Tuhan

AUM SWASTIASTU, ….

Mungkin kisah ini bisa dijadikan sebuah renungan bahwa logiskah kita ingin melihat atau meleluk Beliau/Tuhan dengan secara makna sesungguhnya? Begini ceritanya: Ada seekor semut kecil yang bercita-cita untuk memeluk sebuah Truck. Suatu hari dia berteriak, “Hey…teman aku bisa memeluk Truck”. Langsung semut-semut lainnya pada datang, dan bertanya “Bagimana caranya?...”. Semut kecil berkata dan sambil memperagakan bagaimana ia memeluk truck tersebut… Ada beberapa sekolompok semut yang terpingkal-pingkal dan berkata “Hey…bodoh…itu yang kau sebut memeluk Truck? Hahahahaha… Yang kamu peluk/sentuh itu hanyalah pentil bannya saja…”.

Hmmm …bila kita membaca cerita itu, maka apa yang muncul di pikiran kita? Salahkah semut kecil itu bahwa dia telah memeluk/menyentuh truck? Atau terlalu sempitkah pandangan sekelompok semut yang menertawakan semut kecil itu? Hal itu kalau saya hubungkan, sama saja seperti kita yang sangat kepingin melihat, menyentuh, dan memelukNya. Dan ketika kita ingin mewujudkan itu maka oleh kelompok lain, kita akan disebut dengan berhala. Dimana kita disebut telah menduakanNya.

Tapi benarkah itu? Di Veda sudah menegaskan Tuhan adalah satu, dan semua yg ada dialam semesta ini adalah bagian dari Dia. Sehingga dikatakanlah dengan Tat Twan Asih, kau adalah Aku jualah. Selanjutnya, di Veda juga memperbolehkan kita mengexpresikan Beliau dlm suatu bentuk tertentu, dimana bentuk dan bahan untuk membuat bentuk tersebut telah diatur atau ada aturannya. Hal ini cukup logis, karena bagaimana kita akan mengenal Beliau tanpa ada gambaran jelas tentang Beliau itu sendiri. Saya rasa semua ritual yg bersifat penyatuan dengan Tuhan, maka harus ada point yang harus kita tuju atau harus ada titik pengkonsentrasian. Kalau tanpa itu, mustahil rasanya akan bertemu/bersatu dengan Tuhan.

Dalam sesi ini saya ingin bertanya “Masihkah anda ingin melihat/memelukNya, atau menyapaNya?”. Bila kita mencamkan arti Tat Twam Asih maka sebenarnya kita sudah melihat/memelukNya, atau menyapaNya setiap saat. Tapi hanya pikiran kita yang sempit lah yang membuat kita tidak percaya dia/mereka adalah Tuhan juga. Ya persis seperti sekolompok semut yang menertawakan si semut kecil…dimana mereka menganggap bahwa itu hanya sebuah object yang terlepas dari Tuhan. Object yang mana tanpa itu, Tuhan masih tetap bernama Tuhan. Konsep inilah yang tertanam pada orang-orang yg belum belajar Veda seutuhnya.

Untuk lebih mudah memahami, begini: menurut anda, apakah Truck yang tidak ada bannya, bisakah anda tetap mengatakan bahwa Truck itu adalah Truck yg sempurna. Tentu jawabnya, tidak… Seperti itu Tuhan. Tiada object yang Beliau ciptakan lalu object tersebut bisa Beliau lupakan begitu saja, Beliau abaikan begitu saja, tentu Beliau akan memanggilnya kembali object tersebut, dan mengajaknya untuk bersatu lg.

Akhir kata, kenali Beliau/Tuhan lewat bagian-bagianNya terlebih dahulu. Misal: Cukupkah anda mengenal orang-orang di sekitar anda? Ah mungkin itu terlalu jauh juga, yang paling mudah aja, Cukupkah anda mengenal diri anda sendiri? Saya yakin hal itu saja masih sulit diwujudkan, apalagi mau mengenal Tuhan yang maha besar…Ini bukan mematahkan anda untuk mukti (bersatu dengan Beliau). Namun saya memberikan gambaran saja. Yakinlah semua object akan bersatu denganNya kembali, tak terkecuali. Dan satu lagi yang ingin saya sampaikan, Jangan mudah anda mengatakan seseorang itu berhala sebelum tau apa dari arti/esensinya. Karena biasanya orang yg mengatakan seseorang itu berhala, bisa-bisa orang tersebut malah yang berhala atau tidak mengerti dengan konsep ketuhanan.


AUM SANTI… SANTI… SANTI…AUM.