Sabtu, 24 Oktober 2009

Surga dan Neraka

AUM SWASTIASTU, ….


Kali ini…saya mencoba membahas suatu hal yang sering digunakan untuk iming-iming atau acaman agar orang itu berbuat baik. Bagaimana tentang surga itu atau neraka itu? Mari kita telaah secara logis. Diajaran Hindu menerangkan, sebagai berikut:




  1. Sesuai Panca Srada yang ke-5 bahwa tujuan kita bukanlah ke surga melainkan untuk manunggal kepada Hyang Widhi alias Moksa.

  2. Kalau kita mendengar cerita-cerita tentang neraka maka terbayang bahwa roh kita akan disiksa, dibakar, di segala macamkan sehingga ampun-ampun deh… padahal kita tau bahwa atman/roh sangatlah sakti. Tidak terbakar, Tidak terbasahkan, dan lain-lain. Terus bagaimana menghukumnya?

  3. Kita hanya percaya dengan karmapala & purnabawa, yang mana dengan lewat situ kita dapat merasakan akibat dari perbuatan kita.



Dari situ terlihat bahwa di Hindu tidak ada Surga/Nereka yang digambarkan oleh Kristen dan Muslim. Namun Surga/Nereka adalah sebuah statement untuk melukiskan keadaan yang kita terima. Ada pertanyaan yang sering menganjal pada konsep Surga/Nereka yang digambarkan oleh Kristen dan Muslim, Apabila kita mati maka kita akan dihadapkan kedua pilihan aja, yaitu surga atau neraka. Sekarang seandainya saya dijatuhi masuk neraka. Maka apakah saya akan disiksa terus? Klo ya…berarti kejam dong masak gak ada limit waktunya. Nah… seandainya klo ada limit waktunya, terus kemana kita setelah masa hukuman kita habis?


Klo di Hindu hal diatas tersebut dapat digambarkan dengan jelas banget. Bila kita mati, terus masih dianggap salah maka disuruh turun lagi, pada kesempatan itu kita menjalankan lakon yg berbeda dengan lakon sebelumnya, sambil menghabiskan karma kita. Bila pada akhir kesempatan itu, kita masih dianggap salah lagi maka disuruh turun lagi. Hal itu terus berulang hingga kita dianggap benar & bersih, barulah kita bisa bersatu dengan Hyang Widhi atau Moksa.


Lain halnya dengan surga, Moksa bukanlah tempat kebahagian, kenikmatan, pesta yang digambarkan seperti surga. Namun Moksa adalah ketenangan abadi, keseimbangan sejati, kekekalan yang abadi. Jadi..klo secara hitung-hitungan, ya kita bekerja …ya tidak ada imbalan apa-apa alias tanpa pamrih. Lain hal nya dengan ajaran yang menggambarkan bahwa surga adalah tempat kebahagian, kenikmatan, atau pesta-pesta. Sehingga dapat dianalisa bahwa kita berkerja untuk Tuhan agar dapat Imbalan.


Akhir kata, biarlah akal kita bergerak bebas dalam mencari Dia. Karena dengan manah lah kita bisa bertemu Dia. Ingat seperti ceritanya pendawa yang mendaki gunung Himalaya, mengapa bukan Bima, Arjuna, Nakula, atau Sedewa yang berhasil kepuncak? Kok malah Yudistira, yang terkenal lemah tapi punya akal/manah yang baik. Disitulah kita dapat ambil hikmahnya. Bahwa untuk bertemu Dia, bukan perlu memakai tenaga yang kuat, melainkan hanya butuh pemikran yang kuat & Baik

 


AUM SANTI… SANTI… SANTI…AUM.