Sabtu, 07 April 2012

Purana & Ithiasa

AUM SWASTIASTU, ….

Purana sering kali diartikan sebagai cerita dongeng/fiktif. Pandangan itu tidak salah juga, namun kalau itu dianggap suatu khayalan semata, maka itu suatu pandangan yang salah. Untuk itu, saya akan mencoba menyusun cerita yang semodel purana. Simaklah, cerita dibawah ini:

Konon, Sang Programmer, entah mengapa... dia terjaga..dia menginginkan untuk menciptakan sesuatu untuk membantu para manusia di alam ini. Kemudian untuk mewujudkan keinginan itu, dia melakukan pertapaan yang sangat disiplin... sehingga seluruh kekuatan pikirannya terkumpul, yang menyebabkan lahir lah seorang wanita cantik, sexi, yang dinamakan Ms Word.
Dengan kecantikan “Ms Word”... para manusia di jagad ini, sangat menyukainya. Apalagi sifat nya “Ms Word”, begitu sangat lembut, begitu ramah (friend userly). Pokoknya Tanpa cacat sedikit pun, dan ini membuat Sang programmer merasa tersanjung dan agak besar kepala, karena bisa melahirkan putri yang secantik “Ms Word”.
Lama kelamaan Sang programmer juga ingin merasakan kecantikkan anaknya, Akhirnya dia mengawini anaknya sendiri. Dia bersenggamanya, dia menikmati setiap bagian-bagian “Ms Word”. Dan Pada akhirnya dari persenggamaan itu lahirnya putra yang bernama “Document”.

Asyik bukan ceritanya? Di cerita itu…Seolah-olah ada Bapak yang menggauli anak nya sendiri, hingga anaknya hamil. Tapi Bukan itu, tujuan dari cerita (kejadian dari balik isi cerita) itu… melainkan itu adalah sebuah pengambaran suatu kejadian, dimana ada programmer yang mampu melahirkan karya/software, dan software tersebut, dia pakai sendiri untuk mendokument-kan pikiran2/keinginan2-nya yang akan ia curahkan lagi, pada selanjutnya.

Dari gambaran itu, tentu anda sudah bisa menempatkan posisi purana itu dimana. Sehingga kalau purana dianggap suatu khayalan semata, maka itu jelas salah. Seperti diatas, kejadian yang dilukiskan itu memang terjadi (dalam artian kejadian dari balik cerita), bahkan nama-namanya itu juga memang ada, namun kalau di katakan, apa seperti itu kejadiannya (atau persis seperti itu)... Tentu ya...gak bisa, alias fiktif. Jadi kesimpulannya ialah, Purana merupakan cerita yang menerangkan pola aktifitas Brahman, yang dikemas dengan cara, membuat seperti sosok, mencari persamaan-persamaan model, dll.

Sebelum kita menelaah isi purana-purana, ijikan dulu saya membahas tentang Ithiasa. Ithiasa lebih mengacu ke sejarah. Dalam artian, nama-nama tokohnya betul-betul ada, kronologisnya ya memang itu adanya, namun sekali lagi ...juga masih ada sisipan mencari persamaan-persamaan model. Untuk lebih jelasnya, simaklah kalimat berikut ini:

“Susilo Bambang Yudhiono (SBY), semasa mudanya Ia masuk ke Kawah candradimuka”.

Kalimat tersebut, kalau kita analisis... SBY itu memang ada, dan semasa mudanya, ia memang bersekolah di angkatan. Dimana sekolah angkatan itu laksana Kawah candradimuka. Sehingga kronologi yang dialami oleh SBY, memang begitu adanya.

Jadi kesimpulannya dari Ithiasa adalah cerita yang menerangkan sejarah, yang dikemas dengan cara, mencari persamaan-persamaan model, dll.

Jelas kan? Sekarang, kita coba menelaah beberapa bagian purana. Sehingga kita dapat mengerti... apa sih yang dikandung.

Purana tentang penciptaan alam semesta
Mungkin anda sudah tau semua, dengan cerita ini, dimana Ringkasan ceritanya seperti ini:
Entah mengapa Brahma terbangun/terjaga, yang selanjutnya dirinya melihat Wisnu yg sedang tidur diatas air. Hingga terjadi dialog, dan akhirnya Brahma lahir dari pusarnya Wisnu. Dengan begitu, Brahma memperoleh kekuatan dalam mencipta. Kemudian datanglah Siwa, yang merestui Brahma, dan kelak akan menjadi anaknya Brahma. Selanjutnya Brahma melahirkan Siwa.

Dengan membaca cerita itu, jelas otak kita merasa aneh... seolah laki-laki bisa saling melahirkan, dan berbagai hal...yang makin membuat makin terasa seperti kyahalan semata. Memang dulu, saya mengakui seperti anda semua... Namun setelah saya cari-cari referensi, maka saya menemukan teknik-teknik dalam mengartikan itu.

Ingat... Tujuan purana itu sesungguhnya mempermudah orang dalam mencerna aktifitas-aktifitas Brahman. Sehingga dijadikan seperti itu...

OK... Sekarang kita artikan cerita purana diatas. Ada kalimat “Brahma terjaga”... artinya adanya keinginan / adanya ide awal. Kemudian, “Brahma bertemu Wisnu”, artinya ide tersebut mencari sesuatu kekuatan, untuk merealisasikannya.
Selanjutnya, “Datang Siwa untuk merestui Brahma”, artinya setelah ide tersebut mendapatkan kekuatan untuk merealisasikannya, maka harus adanya Yang menyetujui/Yang merestuinya.
Dan Akhirnya, “Brahma melahirkan Siwa”, artinya setelah semuanya terjadi, akan menyebabkan sifat2 tamas (sifat Siva), dan akhirnya memicu kehancuran lagi.

Dengan begitu... jelas bahwa Brahma, Wisnu, Siwa...sesungguhnya pada kisah diatas, bukanlah sosok, melainkan pola aktifitas Brahman. Jadi ada aktifitas dari Brahman, yang sifatnya Rajas (aktif), shg adanya ide-ide/keinginan-keinginan. Dimana aktifitas-aktifitas semacam ini, di Veda menyebutnya Brahma.
Ada pula aktifitas dari Brahman, yang sifatnya Satwam (tenang), atau bisa dikatakan sebagai sumber kekuatan. Dimana aktifitas-aktifitas (pola-pola) semacam ini, di Veda menyebutnya Wisnu.
Dan yang terakhir, ada aktifitas dari Brahman, yang sifatnya Tamas (malas/lambat/bodoh), atau bisa dianggap sebagai finishing atau yang menyetujui/yang merestui. Dimana aktifitas-aktifitas (pola-pola) semacam ini, di Veda menyebutnya Siwa.

Jadi Jelas sudah... Di purana itu bisa juga dipahami sebagai alur recycle. Dimana Dari ketenangan (Yang identik dengan Wisnu), muncullah ide (Yang identik dengan Brahma), dari ide... setelah terwujud...lahirnya sifat-sifat kemalasan/kebododohan (tamas, Yang identik dengan Siwa)...hingga terjadilah perang (saling menghancurkan). Setelah perang (saling menghancurkan), pasti muncullah ketenangan lagi. .... Begitulah peputaran itu terjadi... Kenapa itu terus terjadi? Jawabnya sungguh simple... sebab Brahman tidak pernah mati... Jadi Ya wajar... bila Beliau terus beraktifitas.


Saya lanjutkan lagi... Di purana-purana...kadangkala..kita jumpai cerita yg mengarah persenggamaan. Hmmm Senggama...??? Apa sih senggama itu? Untuk melukiskan apa sih?

Senggama itu, sebuah persamaan model yang pas, dalam menerangkan kerja tanpa pamrih. Kok Bisa? Tujuan dari Senggama itu sebenarnya...kan punya anak. Namun ketika kita belum mendapatkan anak, maka kita pun tidak menyesal, kita tidak pernah merasa itu sia-sia... Dalam melakukannya pun kita merasa puas/senang.
Jadi ketika kita melakukan, kerja yang tanpa pamrih, kita pun senang dalam mengerjakannya. Maka kerja kita bisa disimbolkan dengan senggama.

Kemudian, ada statement "Saat Kalarahu menelan sang bulan, itulah mengapa terjadi gerhana Bulan". Wah... terkesan ada makluk yg bernama "Kalarahu" yang mampu menelan bulan. Namun... sekali lagi, Kalarayu disini, bukanlah sosok, melainkan... Kala = waktu, rahu = kegelapan. Jadi kalimat diatas, sebenarnya mau menerangkan bahwa gerhana bulan terjadi kalau bulan ditelan oleh kegelapan.

Kiranya cukup sekian dulu, Dan kalau ada waktu...saya akan sambung lagi. Oh Ya... sebelum saya tutup dengan panganjali... Saya berikan Statement “Kita tidak bisa menyatu dengan Brahman, tanpa Siwa”.
Coba anda artikan statement itu.... Kalau anda menganggap saya aliran siwa... mungkin anda masih teracuni, atau belum memahami artikel ini. Sebenarnya statement itu menyatakan bahwa “Kita tidak bisa menyatu dengan Brahman, tanpa Sang pelebur”. Siapa yang bisa membuat kita meninggal,... entah itu virus,... entah itu pembunuh, ...entah apa kek... itulah sang Pelebur/Siwa, atau ada bagian Brahman yang melakukan itu.

Lalu ada contoh statement lagi “Tanpa Siwa, kita tidak bisa mewujudkan/menyelesaikan sesuatu”. Statement itu berati bahwa “Tanpa Yang menyetujui/Yang merestui, kita tidak akan bisa mewujudkan sesuatu”. Atau bisa berarti “Tanpa Sang Finishing, kita tidak bisa menyelesaikan sesuatu”.
Mari kita uji kebenarannya, Misal: kita mau mewujudkan/menyelesaikan banguan rumah. Maka kita tidak mungkin bisa membangun rumah tanpa persetujuan dari pemerintah. Artinya pemerintah bisa kita anggap sebagai Siwa.
Kemudian... Ketika kita membangun rumah...pasti kita akan menjumpai event finishing... kalau tidak... maka rumah itu belum bisa dianggap jadi donk. Artinya event finishing, juga bisa kita anggap sebagai Siwa.

Dengan contoh-contoh statement diatas, Mudah²an anda akan lebih bijak dalam memahami kata-kata.


AUM SANTI… SANTI… SANTI…AUM.